INI HIDUP WANITA SI KUPU-KUPU MALAM (Kisah Nyata Perjalanan Hidup Wanita Nightclub)

6 Dec

Gambar

Dua bungkus kardus berisi pakaian di depan gerbang kantor itu aku perhatikan terus, kenapa diletakkan di pinggir jalan dan siapa pemiliknya. Aku tanya ke security (linmas) yang jaga, “Aku nggak tega melihatnya, mas. Tuh, pemiliknya ada di sana.” Katanya sambil menunjuk ke arah smooking area, bilik kecil di sudut kantor. Ada pemandangan yang membuatku menghampirinya.

Dua anak kecil usia 3 dan 4 tahun tidur di lantai yang dingin, karena baru saja turun hujan sore itu dua hari yang lalu. Seorang wanita berjilbab duduk di kursi termenung, usianya 40an tahun mungkin.
“Ibu siapa?” Tanyaku.
“Saya numpang istirahat di sini pak, mampir sholat di sini.” Jawabnya.
Kuperhatikan ada sajadah yang dipakai tidur salah seorang dari anak tersebut.
“Kasihan anak2 tidur di lantai, dari perjalanan jauh ya bu?” Aku kembali bertanya.

Ia menceritakan siapa dirinya, seorang ibu 4 anak yang diterlantarkan suaminya dan 2 anak ini adalah diantaranya. Dulu ia seorang penyanyi dan pekerja salon. Sering tampil di nightclub di kota ini termasuk salah satu tempat hiburan malam paling elit, dari pengakuannya. Siang sebagai pekerja salon malamnya sebagai penyanyi. Dalam satu hari ia bisa mendapatkan uang satu juta rupiah dan ini kecil baginya. Sepertinya ia dulu pekerja seks komersial, ia sering sebut2 kata “mami” dan ketika aku tanya siapa mami jawabnya, “Eeeee, juragan saya.” jawabnya menutup2i.

Di tempat mami inilah ia kenal dengan seorang oknum polisi yang akhirnya menikahinya dan mentelantarkannya bersama anak2nya. Karena suaminya hobi main perempuan. Ia tinggalkan isterinya dan menikah dengan perempuan lain. Wanita malang ini pun menikah dengan laki2 lain, pun sama kelakuannya seperti suaminya pertama suka main dengan perempuan dan seorang yang kejam.

Waktu terus berlalu, job menyanyi pun sepi juga di salon tempat ia bekerja. Sampai puncaknya ia menjadi seorang peminta2 (pengemis), 2 anaknya yang kecil tadi selalu menemani ibunya. Ini ia lakoni demi anak-anaknya.

“Dulu saya nggak pakai jilbab, pak. Rambut saya pendek pakaian saya juga pendek. Tamu2 mami begitu beruang, sekedar pegang tangan saja mereka kasih saya uang Rp 50.000,- salon mami selalu ramai itu loh pak yang di sana [nyebut tempat].” Katanya. “Ya ya, saya tahu.” jawabku seolah2 tahu.

“Diantara karyawannya mami saya yang paling malang, pak. Yang lain masih eksis di dunia hiburan, kaya, saya sering melihat mereka melintas pakai mobil. Dan saya menghindar dari mereka ketika lewat… malu.” Katanya.
“Ibu yakin mereka bahagia? Bisa pastikan hal itu? Tidakkah 2 anak kecil yang selalu menyertai ibu ini, yang sekarang tertidur pulas, sehat badannya, ada di depan ibu ini tdk membuat anda bahagia? Bagaimana jika 2 anak ini sakit, atau tdk ada di hadapan anda… anda cemas dengan keadaannya.” Aku bertanya padanya sambil memperhatikan 2 anak yg pulas, tiba2 salah satu anak tersebut bergerak merubah posisi tidurnya dan tersingkap selimutnya. Bokong anak kecil itu kelihatan, mungkin habis ngompol belum dipakaikan celana.

“Suami saya pertama [nyebut nama & kesatuan di Mapolresta Solo], pernah menghubungi saya setelah lama meninggalkan saya. Ingin kembali lagi seperti dulu.” Kembali ia bercerita.
“Yakin… ia tidak akan meninggalkan ibu lagi sesudahnya???!!!” Tanyaku.
“Saya berharap ia berubah menjadi baik, meski hal tersebut belum ada padanya sampai sekarang.” Jawabnya ragu2.

“Bu, carilah suami yang mau menerima keadaan anda sekarang ini. Mau menerima kehadiran anak2 ini, bertanggung jawab dan ‘gemati’ (pengertian/sayang/setia). Suami pertama anda yang punya kedudukan/pangkat ternyata tdk bisa membahagiakan ibu, juga yang kedua yg kaya punya mobil lebih dari satu juga tdk bisa membahagiakan anda. InsyaAllah anda akan bahagia jika punya suami yg ‘gemati’ meski ia tdk kaya tdk juga berpangkat. Dan JANGAN NGEMIS, ini pekerjaan yg nggak baik tinggalkan.” Aku menasehatinya meski aku bukan penasehat.
“Ya, pak. Kadang saya bekerja jadi tukang cuci piring. Ada saudara yg buka warung kadang saya membantu di sana.” Jawabnya.

“Berdoalah, minta tlng kpd Allah. Dan jangan menyerah dengan keadaan insyaAllah kemudahan dari Allah ada di hadapan ibu. Harus yakin.” 

Tiba2 sakuku bergetar ada panggilan tak terjawab dan satu pesan masuk dari isteriku, “Mulih opo ora???!!!” [Pulang nggak???!!!]. Ternyata ia sudah menjemputku pulang dan aku tinggalkan ibu dan 2 anaknya ini.

*Sugeng Rahmanto, 6 Desember 2013

Jangan Nyontek!

30 May
Malam-malam si Naf belum tidur, lampu kamar masih menyala.

“Kamu lagi garap PR, ya?”
// “Tidak kok, pak. Hehe lagi bikin contekan buat besok.”
[Jujur tanpa basa-basi].

“Kenapa kamu lakukan, ini kan tidak baik? “
// “Ikut-ikutan teman, pak. Banyak yg melakukannya.”

“Kalau kamu pengen pintar ya belajar yg rajin jangan mencontek.

Seandainya nilaimu baik tapi dari nyontek itu berarti kamu telah menipu dirimu sendiri karena sebenarnya kamu tidak bisa.

Menipu guru sekolahmu, menipu orangtuamu yg tahunya nilaimu bagus padahal… dan menipu Allah.

Apa bisa kamu menipu Allah?
Orang lain bisa kamu tipu tapi tdk dg Allah.

Jadilah ‘orang yang jujur dan jadilah diri sendiri’. Jangan ikut-ikutan orang lain.
MENANG atau KALAH yang penting JUJUR.

Lihatlah sejarah pahlawan kita, MERDEKA atau MATI yg penting jujur dalam berjuang.

Jangan seperti Belanda yg rakus dan pembohong.
Jangan seperti pribumi tapi pengkhianat membelot tunduk kepada penjajah.
Mereka (pengkhianat) tidak punya prinsip dan mementingkan diri sendiri.

Ingat Pangeran Diponegoro, yg akhirnya bisa tertangkap karena adanya pengkhianat.
Tapi meski kalah apakah kemudian jadi terhina, owh tidak… Tetap mulia.

Jujur, jangan bohong.
Bohong itu karakternya pecundang dan pengkhianat.
Ingat menang atau kalah yg penting jujur biar mulia.
Orang yg menang tapi bohong, ia hina.

Bapak tidak akan kecewa jika seandainya nilai ulanganmu jelek, yg penting jujur jangan nyontek.
Juga tidak akan kecewa seandainya kamu tidak naik kelas. Daripada kamu seakan pintar tapi bohong.

Negeri ini (Indonesia) tdk kekurangan orang pintar, kimplah-kimplah/melimpah ruah mereka.
Setiap tahun mereka lulus dengan gelarnya masing-masing dan sukses.
Apakah kebanyakan mereka jujur, belum tentu.

Orang pintar melimpah di negeri ini tapi masih kekurangan orang jujur.
Jangan suka berbohong, meski sekedar mencontek.
Biasakan jujur, itu mulia!”

Si Naf akhirnya melempar kertas contekannya dengan senang hati.
Nah gitu, itu baru anak bapak. Alhamdulillah.

KISAH AL-IMAM AL-KISAI RAHIMAHULLAH

26 Mar

Dahulu beliau ini seorang penggembala kambing hingga 40 tahun. Suatu hari dari hari-hari tersebut saat berjalan beliau melihat seorang ibu menghasung anaknya untuk pergi ke halaqah (sejenis majelis) untuk menghafal al-Qur’an, anak tersebut tidak mau pergi.

Maka ibu tersebut berkata kepada anaknya, “Wahai anakku ! Pergilah ke halaqah untuk belajar hingga jika engkau telah besar, engkau tidak menjadi seperti penggembala ini !”

Al-Kisai pun bergumam, “Aku dijadikan permisalan untuk contoh kebodohan.”

Al-Kisai pun pergi, dia jual kambing-kambingnya dan beralih untuk belajar dan mendapatkan ilmu. Akhirnya ia pun menjadi :

● seorang imam dalam bahasa
● seorang imam dalam qira’ah
● dan dijadikan sebagai contoh dalam hal ilmu dan besarnya kemauan.

Sumber : Al-Jawahir wad Durar libni Hajar.

[Kisah] Semoga Allah Menutupi Aibmu ~ Al Jazaa’u Min Jinsil ‘Amal ~

23 Mar

Ada seorang pria multazim pelajar universitas Islam di Saudi. Ketika pulang ke rumahnya dia dapati isterinya mengkhianatinya dan berzina dengan laki-laki lain. Dengan kecewa, si pria multazim tadi menyuruh si lelaki memakai bajunya dan pergi dari rumahnya. Si lelaki yang berzina tadi sembari bersumpah menuduh bahwa isterinya lah yang menggodanya. Setelah diusir, lelaki penzina tadi malah tersenyum dan heran bisa terlepas dari tuntutan dan kemarahan sang pria multazim tadi. Setelah itu, sang pria multazim tadi hanya berdzikir dan mengucapkan “hasbiyallohu wani’mal wakil.” Dia berkata kepada isterinya untuk mengemasi barang-barangnya dan akan mengantarkan isterinya ke rumah keluarga, dan mentalaknya dengan talak 3.

Si pria mengatakan akan menunggu di luar kamar, dan bermaksud akan mengantarkannya ke rumah keluarganya. Si isteri duduk menangis dan berusaha menjelaskan bahwa setan telah memperdayainya. Dan si pria itu yang menggodanya dan berawal dari sarana-sarana yang mengantarkan kepada perzinaan tsb. Si suami hanya mengatakan, “semoga Alloh menutupi aibmu, hasbiyallohu wa ni’mal wakil.” Lalu dia mengantarkan isterinya keluar kota ke rumah keluarganya yang berjarak hampir 300 km.

(Multazim = Orang yang berpegang dengan syariat / sunnah, pelajar/penuntut ilmu)

Waktu pun berlalu, dia pun menyelesaikan pendidikannya di Universitas Malik Abdil Aziz Jeddah. Dia kemudian menikahi wanita lain, tapi dia selalu saja teringat dengan senyum sang pria yang menzinai isterinya tsb. Dia senantiasa berdoa agar bisa melupakan hal ini. Dia lalu melanjutkan pendidikannya dan berhasil mendapatkan nilai cumlaude posisi kedua. Lalu dia melanjutkan S3 untuk mengambil Qodhi. Dan akhirnya dia berhasil menjadi seorang Qodhi / hakim. Saat dia jadi qodhi, suatu hari datang surat berkas perkara pembunuhan. Dan yang menjadi tersangka adalah pria yang dulu menzinai isterinya. Pria itu lalu dihadapkan kepada sang qodhi :

Qodhi : “Apa yang menyebabkanmu masuk pengadilan dan apa permasalahan anda?”

Tersangka : “Saya mendapati ada laki-laki lain di ranjang isteriku dan aku membunuhnya!”

Qodhi : “Kenapa kau tidak membiarkannya dan mendoakannya “semoga Alloh menyembunyikan aibmu?”.”

Tersangka : “Apakah engkau rela dan mau melakukannya? “

Qodhi : “iya, saya rela. Saya pernah mengalaminya dan saya hanya mengatakan, “hasbiyallah wa ni’mal wakil”.

Tersangka : “Saya sepertinya pernah mendengarkan ucapan seperti ini.”

Qodhi : “Iya, kau dulu pernah melakukannya kepadaku. Kau menggoda isteriku hingga si wanita kasihan itu terpedaya olehmu sehingga kau berhasil menidurinya. Lalu kau tersenyum setelahnya setelah aku mendoakan padamu “semoga Alloh menutupi aibmu”. Iya, Alloh membiarkan dirimu tapi kamu tetap dalam kemaksiatan, sehingga Alloh menghendaki untuk membalas perbuatanmu.”

Qodhi melanjutkan : “Saya bersumpah demi Alloh! memang apabila ini terjadi padamu, niscaya kamu tidak akan bisa melupakannya seumur hidupmu!” 

Lalu si Qodhi terdiam sesaat, kemudian berkata : “Apa yg kamu kira dapat kulakukan? saya tidak bisa berbuat apa-apa jika keluarga yang kau bunuh tidak menarik tuntutannya. Saya akan terapkan hukum syariat kepada dirimu.”

Tersangka : “Saya tahu, tapi bolehkan saya meminta satu permintaan darimu?”

Qodhi : “Apa yang kamu inginkan?”

Tersangka : “Saya hanya ingin Anda sudi memaafkan saya dan mendoakan saya agar dirahmati Alloh. Saya sadar bahwa saya mengikuti setan dan ini adalah sekurang-kurangnya balasan bagiku. Dan benar, bahwa yang dikatakan oleh isterimu akulah yang menggodanya, dengan berbagai sarana agar dapat menidurinya. Aduhai, jikalau sekiranya kau membunuhku saat itu, niscaya aku tidak akan terbuka mataku seperti saat ini.”

Qodhi : “Semoga Alloh mengampunimu di dunia dan akhirat.”

=======================
الجزاء من جنس العمل

Sebagaimana engkau akan berbuat, seperti itu pula orang akan berbuat kepadamu.

الجزاء من جنس العمل

Ganjaran itu sesuai dengan amal yang engkau telah tanamkan. Engkau akan memetik sesuai dengan apa yang engkau tanam.

هـل جزاء الإحسـان إلا الإحسـان…؟

Bukankah balasan kebaikan, melainkan kebaikan yang serupa?!

Sumber: https://irtifaq.blogspot.com/2014/09/kisah-semoga-allah-menutupi-aibmu-al.html?m=1

JIKA ENGKAU TAK BISA JADI AHMAD, MAKA JADILAH ENGKAU ABUL HAITSAM

25 Nov

( Kisah Mengharukan Antara Imam Besar Ahlussunnah Dengan Seorang Penjahat Besar )

📝 Abdullah bin Ahmad bin Hambal berkata:

“Seringkali dahulu aku mendengar ayahku (al-Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah) berkata:

💦 Ya Allah, ampunilah Abul Haitsam
💦 Ya Allah, rahmati Abul Haitsam.

❓ Maka aku bertanya padanya: “Wahai ayahanda, siapakah Abul Haitsam?”

📌 Beliau menjawab: “Seseorang dari kalangan A’rab (Badui) yang wajahnya sama sekali tak pernah kulihat.

✅ Suatu malam ketika aku selesai dicambuk dahulu (karena fitnah al-Qur’an makhluk-pent), mereka (penguasa) menahanku di penjara bawah tanah yang gelap. Lalu seseorang mencolekku dan bertanya:”Apakah engkau Ahmad bin Hambal?”

Al-Imam Ahmad:”Benar.”

Dia berkata:”Apakah engkau mengenalku?”

Al-Imam Ahmad: “Tidak.”

🗡 Dia berkata kembali: “Aku adalah Abul Haitsam, sang perampok, peminum khamr, dan tukang begal. Tertulis dalam catatan Amirul Mukminin bahwasanya aku telah dicambuk sebanyak 18 ribu kali cambukan yang bermacam macam. Dan sungguh aku telah mampu bersabar menanggung semua (siksaan) ini di atas jalan setan. Maka bersabarlah engkau wahai Ahmad, (karena engkau disiksa) di jalan Allah!

⛓ Maka ketika mereka mengikatku dan memulai cambukannya, setiap kali cambuk mendarat di punggungku, aku teringat ucapan Abul Haitsam dan aku berkata dalam hati:

“Bersabarlah, engkau di jalan Allah wahai Ahmad!”

📚 Manaqib al-Imam Ahmad bin Hambal hal 450-45

💦 Semoga Allah mengampuni dan merahmati Abul Haitsam, si pemberi semangat sang Imam untuk tetap kokoh di atas kebenaran, walaupun dirinya sendiri bergelimang kejelekan.

@ Thuwailibul ‘Ilmisy Syar’i

“DIA DATANG UNTUK MENCURI HARTA KAMI, MAKA KAMI CURI HATINYA”

25 Nov

Seorang pencuri masuk ke rumah al-Imam Malik bin Dinar rahimahullah. Dia pun mencari barang yang bisa dia curi, namun dia tidak mendapatkannya. Kemudian ia melihat sang tuan rumah al-Imam Malik bin Dinar rahimahullah sedang shalat.

Ketika beliau salam dan melihat kepada pencuri tersebut, beliau berkata:

“Engkau datang untuk mencari harta dunia dan engkau tidak mendapatkannya. Apakah engkau sudah memiliki harta untuk di akhirat (nanti, pen)??”

Pencuri tersebut terkejut merespon (ucapan al-Imam Malik bin Dinar rahimahullah, pen) dan duduk terkagum kepada beliau.

Al-Imam Malik pun mulai menasehatinya sampai si pencuri menangis. Keduanya pergi bersama menunaikan shalat (ke masjid). Orang-orang di masjid keheranan melihat dua orang tersebut (dan berkata):

“Seorang Ulama besar bersama dengan seorang pencuri besar, masuk akal kah ini??!!

Orang-orang bertanya kepada al-Imam Malik rahimahullah, dan beliau menceritakan:

“Dia datang untuk mencuri harta kami, maka kami curi hatinya”.

Dikutip dari kitab “Tarikh al-Islam” karya al-Imam adz-Dzahabi rahimahullah jilid kedua hal. 144.
Sumber : @ManhajulAnbiya © 1437 H | 2016 M

Dek…

10 Nov

Anak kecil seumuran kls 4 SD tp sdh terlatih bekerja menjajakan makanan.

Tdk malu menyapa dan menawarkannya berharap ada yg beli.

Hrs kuat melangkah dan tdk putus asa, krn 10 orng ditawari datangi blm tentu ada yg beli. Melangkah lagi…

Dek, hr ini tgl 10 November.
Dikenang sbg Hari Pahlawan oleh bangsa kita.

Knp nama mrk para pahlawan harum namanya?

Krn…
Perjuangan dan
Pengorbanan mrk untk bangsa dan negara kita.
Hingga merdeka tdk tertindas dan terhina oleh cengkeraman angkara murka penjajah.

Dek,
Kita hrs seperti mrk…
Berjuang dan berkorban.

Tdk ada kemuliaan tanpa perjuangan dan pengorbanan.

Berjuang untk hidup, berjuang untk cita2, berjuang mencari rezeki yg halal,
Berjuang membahagiakan orngtua, dst.

Dek, semua itu butuh pengorbanan.
Tersita waktu bermainmu, tersita senang2mu.

Dek,
Semua itu hrs ikhlas, insyaAllah akan dtng pertolonganNya dan akan barokah apa2 yg telah engkau usahakan.

// Lapangan Kartopuran, Solo. 10 Nov 2021

“Maaf… Saya sudah berhenti, boss.”

24 Oct
Narkoba adalah hidupku, hari-hari kulalui bersamanya. Bersama seorang yang aku panggil “Boss” tiap hari kami hura-hura, karena semua bisa kami beli. Diskotik, mabuk, dan wanita adalah duniaku, semalam menghabiskan uang 3 juta rupiah adalah hal yang biasa. Satu kardus mie instant selalu terletak di jok belakang mobil avanza, tapi isinya adalah uang memenuhi kardus tersebut. Untuk berfoya-foya.

Kalau ditanya apa pekerjaanku, maka “menghabiskan uang” itulah jawabannya. Karena berlimpahnya narkoba yang bisa aku miliki maka aku bagi-bagikan ke tetangga kampungku, tentunya dengan sembunyi-sembunyi.

Semua itu aku tinggalkan semenjak aku menikah, mulai menjalani hidup sewajarnya, mencari nafkah yang halal meski berat. Alangkah beratnya hidup, uang sulit di dapat… rejeki seret padahal harus menghidupi anak dan isteri.

Aku sudah tidak mau berhubungan dengan boss lagi, aku tidak mau kembali padanya dan tdk akan menghubunginya. Namer hp-nya sudah aku hapus dari daftar kontakku.

Hingga suatu saat ada panggilan masuk tapi nomernya tdk aku kenal, aku jawab panggilan tersebut. Ternyata…

Ternyata si boss, ia ingin sekali ketemu denganku. Maka aku pun bergegas menemuinya. Tempat biasa dulu kami menghabiskan malam, menghabiskan uang.

Si boss menyapaku, dikelilingi 5 wanita cantik-cantik. Di depan mereka ada 10 gelas sloki minuman keras. Dan tiap-tiap gelas diatasnya ditaruh tumpukan uang ratusan ribu rupiah sampai tebal.

“Apa kamu benar-benar sudah berhenti dari dunia ini?” Tanya si boss.
“Maaf, sudah boss.” Jawabku
“Aku harap kamu mau minum 1 sloki saja, dan ini yang terakhir. Silahkan kamu bawa semua uang yang ada di atas 10 gelas. Semuanya… milikmu!” Pinta si boss.
“Maaf, saya sudah berhenti boss.” Kataku.

Si boss merogoh saku celananya, dikeluarkannya hp dan ia sodorkan layar hp ke arah mukaku sambil berkata, “Ini benar nomer hp-mu.” Aku mengangguk, kemudian ia hapus nama dan no hpku dari daftar kontaknya di depan mataku, ia sodorkan tanggannya mengajak berjabat tangan.

“Selamat, engkau benar-benar telah berhenti.” Katanya sambil tersenyum kepadaku. Aku pun pamit darinya dan itu adalah pertemuan terakhir kami.

Selang beberapa waktu setelahnya aku mendengar kabar si boss tertangkap polisi karena kejahatannya yang selama ini aku pun tidak tahu… sindikat pembobol ATM se-Asia Tenggara.

[Seperti yang diceritakan seorang sopir (pekerjaannya sekarang) kepadaku]
@Solo, 22 Jun 16

Negeri Entah Berantah

13 Sep

Hari itu aku mengantar Sarno ke rumahnya, anak yg harusnya duduk di bangku SMP tapi harus putus sekolah lalu bekerja jadi tukang cuci bis di garasi. Bersama kakaknya yg hampir sebaya usianya… Sarto, dua kakak beradik ini tiap hari mencuci belasan bis yg pulang kandang. Dan aku adalah staff di Perusahaan Otobus (PO) ini.

Sarno jatuh ketika memanjat bis yg akan dicucinya, pihak perusahaan ga mau tahu. Selang beberapa hari tangannya membengkak, mungkin ada keretakan tulang. Aku harus menyerahkan ia ke keluarganya dg kondisi yg demikian tanpa dikasih uang kasihan sepeser pun.

Setelah menempuh jarak 40an KM aku pun memasuki kampungnya (Sarno), jalan menuju rumahnya hanya batu-batu cadas yg kasar. Sangat mengherankan, semua rumah di sana kondisinya memprihatinkan semua dindingnya dari anyaman bambu (gedhek) dan papan kayu yg jelek. Tdk ada satu rumah pun yg dindingnya bata, bayangkan satu kampung yg dihuni sekian banyak warga semua miskin.

Hampir tak percaya, aku bengong sambil terus melaju pelan menyusuri jalan dg anak kecil yg sakit diboncenganku. Semua orang melihat ke arahku, mungkin karena raungan motor RX King yg aku tunggangi. Sampai aku di depan rumah Sarno, dan kami pun dipersilahkan masuk.

Aku tdk akan bercerita bagaimana perasaan kedua orng tuanya ketika Sarno pulang dg kondisi demikian. Di rumahnya hanya ada amben (tempat tidur) kayu dan satu kursi kayu selebihnya tidak, tdk ada perabotan lain, tdk ada perabot yg terbuat dari besi. Dan hampir semua rumah di kampung ini tdk memiliki perabot besi entah rak, kursi, bed, atau sepeda, tdk ada dan tidak ada. Alas lantainya hanya tanah tdk ada ubin atau plesteran semen.
Semua rumah kondisinya demikian.

Aku serasa di “NEGERI ENTAH BERANTAH” yang jauuuuuh. Aku serasa makhluk asing yg datang mengunjungi mereka. Pantas mereka memandangiku terus karena di negeri ini tdk mengenal besi, sedangkan aku datang dg kuda besi (motor) yang meraung-rauuuung.

Kampung ini ada di pinggiran Waduk Kedung Ombo, di lereng bukit kecil. “Di sana dulu kami tinggal, mas. Kampung kami sdh ditenggelamkan.” Kata bapak Sarno sambil menunjuk ke tengah waduk. “Pekerjaan kami di kampung ini mencari kayu bakar dan dijual ke kota, sebagian masih berusaha mencari ikan meski sdh jarang.” Imbuhnya.

Waduk Kedung Ombo… identik dg polemik, kekuasaan, penindasan. Anda mungkin lebih kenal dg kasus ini di era menjelang 90-an. Beritanya hangat di negeri kita, headline di surat-kabar2 nasional.

Menenggelamkan 37 desa, 7 kecamatan di 3 kabupaten, yaitu Sragen, Boyolali, Grobogan. Sebanyak 5268 keluarga kehilangan tanahnya akibat pembangunan waduk ini.

Ketika sebagian besar warga sudah meninggalkan desanya, masih tersisa 600 keluarga yang masih bertahan karena ganti rugi yang mereka terima sangat kecil. Warga dipaksa menerima Rp 250,-/m². Warga yang bertahan juga mengalami teror, intimidasi dan kekerasan fisik akibat perlawanan mereka terhadap proyek tersebut.

Itulah kejadiannya dulu, skrng mereka masih tetap tersenyum dg keadaan mereka, ramah, semeleh (menerima) keadaan dan mensyukuri hidup ini. Itu yang aku suka dari mereka, hidup dg segala keterbatasan tapi tetap bersyukur dan semeleh (ridho) dengan takdir Allah.

Sampai skrng aku tdk habis pikir, di tempat ini mereka hidup serba kekurangan seakan mereka suku terasing di pedalaman. Padahal jarak mereka dengan kota dekat cuma 1 jam perjalanan. Kota yg penuh dg hiruk pikuk orang bekerja, hiruk pikuk orang berhura2, hiruk pikuk swalayan dan mall, hiruk pikuk rumah2 yg kenceng setel TV… dan hiruk pikuk hati & pikiran orang kota yg banyak masalah.

Mereka tenang… setenang hati mereka. Hati yang dulu penuh dendam, membara berkobar2 telah berhasil mereka padamkan. Tenangggggg… setenang rumput di sampingku di pinggir waduk ini yang tadi terus bergoyang kemudian sedikit demi sedikit terdiam ketika gelap beranjak datang ketika malam menyelimuti siang.

//Sugeng, di Negeri Entah Berantah tahun 2000.

Handphone Retak

12 Sep

Siapa yang tidak kenal pemain bola hebat berdarah Afrika ini. Dengan penghasilan sekitar 9 juta dolar pertahun (sekitar 140 milyar RP), dan selalu tertangkap kamera membawa handphone yg sudah retak layarnya. Jawabannya selalu sama saat ditanya oleh wartawan mengapa dia tidak membeli yang baru. ‘Aku masih bisa memperbaikinya’.

Saat wartawan mendesak kenapa dia tdk membeli yang baru saja, dia berkata
“Saya sanggup membeli ribuan HP baru, 10 mobil Ferrari, 2 pesawat Jet, jam berlian,tapi apa gunanya untuk saya…

Saya selamat dari masa-masa sulit, bermain sepak bola tanpa alas kaki, saya tidak memiliki pendidikan dan banyak hal lainnya, tetapi hari ini dengan apa yang saya hasilkan berkat sepak bola, saya dapat membantu orang-orang saya,”

“Saya membangun sekolah, stadion, kami menyediakan pakaian, sepatu, makanan untuk orang-orang yang sangat miskin. Selain itu, saya memberikan 70 euro per bulan untuk semua orang di wilayah yang sangat miskin di Senegal dan berkontribusi pada ekonomi keluarga mereka.”

“Saya tidak perlu memajang mobil mewah, rumah mewah, perjalanan, dan bahkan pesawat. Saya lebih suka orang2 d negara saya menerima sedikit dari apa yang telah diberikan kehidupan ini kepada saya,” tegas Sadio Mane.

Selain rendah hati dan sederhana, Sadio Mane dikenal seorang muslim yang taat. Beberapa waktu lalu Sadio Mane tertangkap kamera sedang membersihkan toilet masjid agar nyaman digunakan saat beribadah.

👆Tetaplah hidup sederhana walaupun kaya hidup berdasarkan kebutuhan bukan keinginan….sederhana bukan berarti miskin sederhana itu mumbuat hidup bahagia.

@repost

HUKUMAN YANG TIDAK TERASA

3 Jun

Seorang murid mengadu kepada gurunya:

“Ustadz, betapa banyak kita berdosa kepada Allah dan tidak menunaikan hakNya sebagaimana mestinya, tapi saya kok tidak melihat Allah menghukum kita”.

Sang Guru menjawab dengan tenang:
“Betapa sering Allah menghukummu tapi engkau tidak terasa”.

“Sesungguhnya salah satu hukuman Allah yang terbesar yang bisa menimpamu wahai anakku, ialah: Sedikitnya taufiq (kemudahan) untuk mengamalkan ketaatan dan amal amal kebaikan”.

Tidaklah seseorang diuji dengan musibah yang lebih besar dari “kekerasan hatinya dan kematian hatinya”.

Sebagai contoh:
Sadarkah engkau, bahwa Allah telah mencabut darimu rasa bahagia dan senang dengan munajat kepadaNya, merendahkan diri kepadaNya, menyungkurkan diri di hadapannya..?

Sadarkah engkau tidak diberikan rasa khusyu’ dalam shalat..?

Sadarkah engkau, bahwa beberapa hari2 mu telah berlalu dari hidupmu, tanpa membaca Al-Qur’an, padahal engkau mengetahui firman Allah:

“Sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini ke gunung, niscaya engkau melihatnya tunduk, retak, karena takut kepada Allah”.

Tapi engkau tidak tersentuh dengan Ayat Ayat Al-Qur’an, seakan engkau tidak mendengarnya…

Sadarkah engkau, telah berlalu beberapa malam yang panjang sedang engkau tidak melakukan Qiyamullail di hadapan Allah, walaupun terkadang engkau begadang…

Sadarkah engkau, bahwa telah berlalu atasmu musim musim kebaikan seperti: Ramadhan.. Enam hari di bulan Syawwal.. Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, dst.. tapi engkau belum diberi taufiq untuk memanfaatkannya sebagaimana mestinya..??

Hukuman apa lagi yang lebih berat dari itu..???
Tidakkah engkau merasakan beratnya mengamalkan banyak ketaatan (amal ibadah)..???

Tidakkah Allah menahan lidahmu untuk berdzikir, beristighfar dan berdo’a kepadanya..???

Tidakkah terkadang engkau merasakan bahwa engkau lemah di hadapan hawa nafsu..???

Hukuman apa lagi yang lebih berat dari semua ini..???

Sadarkah engkau, yang mudah bagimu berghibah, mengadu domba, berdusta, memandang ke yang haram..???

Sadarkah engkau, bahwa Allah membuatmu lupa kepada Akhirat, lalu Allah menjadikan dunia sebagai perhatian terbesarmu dan ilmu tertinggi..???

Semua bentuk pembiaran ini dengan berbagai bentuknya ini, hanyalah beberapa bentuk hukuman Allah kepadamu, sedang engkau menyadarinya, atau tidak menyadarinya…

Waspadalah wahai sahabatku, agar engkau tidak terjatuh ke dalam dosa dosa dan meninggalkan kewajiban kewajiban.

Karena hukuman yang paling ringan dari Allah terhadap hambaNya ialah:

“Hukuman yang terasa” pada harta, atau anak, atau kesehatan.
Sesungguhnya hukuman terberat ialah: “Hukuman yang tidak terasa” pada kematian hati, lalu ia tidak merasakan nikmatnya ketaatan, dan tidak merasakan sakitnya dosa._

Karena itu wahai sahabat2ku, Perbanyaklah di sela sela harimu, amalan taubat dan istighfar, semoga Allah menghidupkan hatimu…

(Diterjemahkan dari Taushiyah Syaikh Abdullah Al-‘Aidan di Masjidil Haram)